KOMUNITAS : rantai sosial yang memperkuat kota


 Desa yang masih memiliki gotong-royong dan toleransi yang kuat sepertinya lebih bersih, tertata, dan nyaman dibanding yang tidak.

Tapi ada memang desa yang kebersamaannya merupakan suatu paksaan dan tidak lagi sehat, misal  terlalu saling menggunjing dan tidak bisa mentoleransi warga yang beberapa kali tidak ikut gotong royong atau pertemuan, padahal ada alasan mungkin orang itu sering bekerja sampai malam atau ada masalah keluarga dan sebenarnya juga bersedia menggantikan ketidakhadirannya dengan materi.

Dalam indeks penilaian kota yang baik oleh Ikatan Perencana Indonesia, point-point yang menjadi penilaian meliputi fasilitas kesehatan, pendidikan, kebersihan, pelayanan pemerintah, kesempatan kerja, keamanan, dan beberapa hal lain. Point-point tersebut adalah intervensi pemerintah, yang membangun infrastruktur dasar untuk kehidupan masyarakat. Sedangkan kehidupan sosial dan komunitas merupakan kehidupan yang tidak bisa terlalu dipaksakan dan memerlukan waktu yang lebih panjang dalam evolusinya.  Kesadaran akan kebersihan, toleransi, taat hukum, komunikasi yang sehat, dsb, ini merupakan hal-hal yang melekat pada kehidupan sehari-hari seseorang atau masyarakat dan perlu konsistensi saling mengingatkan, contoh yang baik, dan kesadaran akan proses.

                “Evolusi kehidupan sosial membutuhkan waktu dan konsistensi“

This time, I’ll be talking about my hometown Yogyakarta.

Jogja (Yogyakarta) merupakan gudangya ide, kreasi, teori, dan pendidikan. Tapi implementasinya dalam kehidupan sehari-hari belum terasa secara keseluruhan, pusat kota masih banyak pengemis dan anak jalanan, baliho-baliho dan grafiti kotor dimana-mana, Sleman sebagai daerah resapan air banyak ditumbuhi perumahan baru, dan pengembangan wilayah sangat spontan tidak terencana baik. Pemerintah tidak terlalu kuat, tapi komunitas seniman, sosial, pariwisata, penjaga lingkungan-sungai, dan aktivis kota & heritage sangat kuat sehingga kota tetap terjaga nyaman. Bahkan bisa mendesak dan mempengaruhi program resmi pemerintah.

daftar komunitas Jogja yang memperkuat kota banyak sekali. bisa dilihat beberapa diantaranya dalam tab KOMUNITAS JOGJA di bagian atas halaman blog ini.

Indikator untuk suatu kota yang baik sudah dipetakan. Sehingga pelaku aktif dalam kehidupan sosial seperti LSM, yayasan, komunitas, perkumpulan agama, kalau mau, bisa bekerjasama dengan konsisten dalam kemampuan masing-masing untuk turut membangun kehidupan sosial kota yang lebih baik, dan mendorong pemerintah memberikan infrastruktur dan pelayangan yang lebih baik juga.

Kita semua punya peran istimewa, namun apa yang akan tergores dalam sejarah secara skala besarnya merupakan takdir, kumpulan faktor-faktor yang saling mempengaruhi tadi. Tapi mari mulai dari yang kecil dan dari diri.

“Butterfly effect – kita tidak tahu sampai mana akibat ucapan dan perbuatan kita. Jadi jangan khawatir memulai mimpi dan kebaikan dengan hal kecil, dan jangan meremehkan hal buruk meski hanya kecil “

Kalau boleh berangan, saya ingin menghubungkan komunitas-komunitas yang ada dengan pemerintah untuk mencapai tujuan bersama. Dan semoga banyak lagi yang mempunyai keinginan yang sama, karena ide kakinya kecil, dan langkah individu terbatas waktu dan nafas seseorang saja. Semoga orang-orang baik bisa berkumpul dan bekerja sama.

Komentar