Energi Hibrid Terbarukan di Pantai Baru, Bantul, DIY - Infrastruktur Energi dan Pengembangan Pariwisata



Beberapa waktu lalu, saya bersama kampus PIPM Pascasarjana UGM mengunjungi Pantai Baru, Bantul, D.I.Yogyakarta untuk melihat dampak adanya infrastruktur energi terbarukan pada masyarakat sekitar terutama kegiatan pariwisata. Dan ini merupakan ulasan pribadi saya tentang kasus tersebut, so here goes..



Sedikit ulasan tentang pantainya sendiri, Pantai Baru dulu namanya Pantai Pandan Simo. Diubah namanya karena warga sekitar ingin memunculkan image baru yang bersih dan layak untuk pariwisata, sebelumnya pantai ini terkenal dengan gubug-gubug asmara (lokalosasi, prostitusi, sex komersial) yang tersebar di pantai tersebut. Masyarakat asli sana ingin sekali merubah keadaan tersebut, dan dengan adanya program top down energi terbarukan dipadukan dengan kegiatan pariwisata, mereka melihat kesempatan baru.

_________________________________________________________

Infrastruktur Energi di Pantai Baru merupakan program top down Kementerian Ristek membangun kincir angin dan solar panel beserta generator dan "baterainya". Proyek ini sebagai pilot project energi terbarukan hibrid yang sustainable. Ide besarnya adalah mengintegrasikan semua kegiatan yang memungkinkan di daerah tersebut; pariwisata, edukasi, perikanan, industri, pertanian, peternakan, sosial, jasa, perdagangan dengan listrik yang dihasilkan dari kincir angin dan solar panel. Pada tahun 2014 (which is like now..) infrastruktur tersebut akan diserahkan sepenuhnya pada Pemda Bantul. Dan seperti umumnya program RI-1 dan RI-2, atau program nasional selalu ada yang bingung dan mengatakan " trus piye?" setelah proses pembangunan selesai dan terlaporkan pilot project tersebut telah berhasil serta transfer teknologi telah terlaksana. 

Esensi sustainable energy sudah termasuk pengelolaan dan pemanfaatannya, namun dari 11 karyawan yang tadinya digaji oleh Kemenristek, hanya 2 yang mampu dijamin gajinya oleh Pemda Bantul selaku pengelola baru. Terkait transfer teknologi, operator lokal yang dilatih oleh Kemenristek hanya terlatih untuk maintainance, sedangkan apabila perlu membeli spare part atau menyesuaikan sistem generator apabila terjadi perkembangan lanjut, belum jelas siapa yang bertugas import dan memesan spare part dari Cina, atau desain sistem apabila perlu disesuaikan. Operator hanya tahu nantinya apabila perlu, akan lapor pemda, tapi pemdanya siapa dan apakah di dalam pemda sendiri sudah terbentuk manajemen teknis belum jelas.

Sustainable harusnya secara finansial bisa menghidupi diri sendiri

Secara manajemen sustainability tercapai ketika energi yang diproduksi dari alam (angin, matahari) bisa dimanfaatkan, ada yang merawat/ mengelola, dan bisa menghasilkan pemasukan untuk perawatan, pengembalian investasi, dan pengembangan. Jadi secara infrastruktur sendiri, menurut konsep ini kincir angin dan panel surya beserta generator setnya harus bisa menghasilkan cukup uang untuk sustain secara mandiri. Sehingga perlu adanya sistem bisnis dan pemasaran, bekerjasama dengan industri atau sektor jasa.



Kenyataannya, ketika akan diserahkan ke Pemda Bantul, sistem bisnis belum berjalan karena pemasukan baru dari sektor pariwisata, belum menyentuh industri sehingga potensi keuntungan tidak maksimal. Ternyata koordinasi dengan PLN juga kurang baik, terlihat dari PLN membuat tiang-tiang listrik yang sudah siap masuk daerah pariwisata pantai baru juga, sehingga akan jadi saingan energi yang dijual dari kincir angin. Karena belum bisa sustain, infrastruktur energi yang tadinya didesian menghidupi daerah sekitar dan diri sendiri, sekarang dianggap beban oleh Pemda Bantul sehingga direncanakan memaksimalkan pariwisata untuk mendukung "icon" energi terbarukan Indonesia tersebut. So, take this as given, PIPM melihat bagaimana potensi menghubungkan pariwisata dan infrastruktur energi tersebut.

Sekarang kita akan fokus ke sektor wisata-energi terbarukan. Dari segi infrastruktur pendukung seperti transportasi, jalan menuju lokasi dan kantong parkir bisa dikatakan sudah cukup baik. Akomodasi yang terbangun seperti MCK dan warung ikan di dalam area wisata juga sudah dalam keadaan cukup, supplier ikan yang sama dengan yang supply ikan ke Pantai Depok dan Parangtritis. Keadaan alam pantai tersebut juga indah (kalau bisa dijaga kebersihannya) karena meski layaknya pantai selatan Jogja dengan pasir hitam, pohon Mangrove berderet membuat pemandangan yang bagus dengan bayangan-bayangan di pasir yang eksotis buat foto-foto. Atraksi wisata  ATV dan kereta kelinci juga ada untuk tambahan kegiatan di pantai. Aspek sosial masyarakat baik, sudah saling koordinasi membentuk kelompok koordinasi kegiatan wisata. Dan yang menjadi daya tarik spesifik wisata Pantai Baru adalah adanya energi terbarukan hibrid berupa kincir angin dan panel surya.. you got it, WISATA EDUKASI!

Yang bisa di-"pamerkan" adalah bahwa semua fasilitas di pantai ini , baik air, listrik, bahkan produksi es batu merupakan hasil dari energi terbarukan dan bisa jalan 24 jam sehari, 7 hari seminggu. Selain itu listrik dan air untuk perkebunan, peternakan dan perikanan air tawar di sekitar lokasi juga dari energi terbarukan. Dengan guide, wisatawan bisa minta diajak keliling melihat dan dijelaskan tentang energi terbarukan tersebut. Kalau rombongan, sebelum sampai pantai bisa mampir di workshop untuk melihat video tentang energi terbarukan di Pantai Baru. Wisata edukasi ini bisa menjadi daya tarik yang bagus, sehingga menarik wisatawan terutama sekolah.

Setelah membicarakan potensi dan harapan cerah berkembangnya sektor wisata, pertanyaannya adalah apakah profit yang didapatkan dari sektor wisata bisa setidaknya digunakan untuk merawat infrastruktur energi terbarukan? mengingat retribusi resmi masuk daerah wisata nilainya sangat rendah, dan parkir tidak bisa dijadikan harapan utama. Mempertimbangkan ini, menurut saya sektor pariwisata perlu dieksplorasi lagi sehingga homestay dan hotel bisa ditarik pajaknya, serta wisata edukasi dikembangkan lagi untuk mendapatkan keuntungan. Pemanfaatan energi untuk industri bisa dikembangkan misalnya untuk memperbesar industri es batu sehingga bisa supply es ke sepanjang pantai selatan, serta untuk penyimpanan ikan. Karena milik pemda, Dinas Pariwisata dan Disperindagkop harus putar otak dan kerja ekstra untuk mengelola kawasan ini, bekerjasama dengan masyarakat lokal. Kalau mentok, biasanya pilihan berikutnya adalah menitipkan kawasan tersebut kepada swasta. 

Pemda Bantul : Usaha Menyelamatkan Kapal Bocor !

Kesimpulan saya, memang mungkin mengembangkan pariwisata dan industri, namun merupakan usaha penyelamatan kapal bocor. Program top down tersebut tidak berjalan, dan tidak bisa dijadikan contoh sustainability dari segi manajemen. 

download disini untuk informasi resmi dari BAPPEDA Bantul dan Kemenristek

Komentar

  1. Menurutku,, ini merupakan 2 hal berbeda jika kita telaah secara seksama. Pertama, perihal teknologi yang dimotori oleh pihak kemenristek. Kedua, wisata yang bukan ranah kemenristek (seharusnya ada koordinasi dengan menbudpar atau menparekraf?). Malah bisa menjadi 3 hal jika kemudian sosial kemasyarakatan turut andil didalamnya. Menkokesra? Akar permasalahan di negara kita adalah budgeting cross sectoral, dimana kurangnya atau bahkan hampir ketiadaan koordinasi antar tupoksi 1 instansi dengan instansi lainnya.

    Sebagai pelaksana di bidang teknologi, ya tentunya pihak menristek sudah melakukan pekerjaan sesuai porsinya. Masalah itu kemudian berkembang menjadi potensi kegiatan lain dianggap sudah berada di luar kewenangan mereka.

    Padahal seperti yg sudah dikatakan bahwa suatu teknologi atau sistem infrastruktur dinyatakan berhasil apabila teknologi atau sistem tersebut berkelanjutan. Hal tersebut seharusnya dapat dilakukan apabila pihak pelaksana/pemrakarsa gagasan proyek sadar untuk melakukan review atau meninjau kembali keberhasilan proyek tersebut. Tentunya dengan pendampingan dari pihak akademisi dengan kajian lintas bidang keilmuan serta peran serta masyarakat setempat pastilah dapat ditarik tolok ukur dari keberhasilan suatu proyek yang telah dilakukan tersebut. Sehingga dapat menjadi pembelajaran berharga di proyek selanjutnya.

    BalasHapus

Posting Komentar