urban parks // taman kota

Urban Parks . . taman kota. Mungkin enaknya membahas ini adalah karena tidak terlalu menarik mungkin membahas taman di desa, secara semua sawah, hijau, dan terbuka meski memang belum dikelola sebagai "taman".

SEJARAH TAMAN KOTA

Di negara-negara yang awalnya membuat konsep taman  kota, taman difungsikan untuk membuat keseimbangan di tengah hiruk pikuknya fisik kota dengan membuat taman sebagai tempat publik, rekreasi, sekaligus ruang hijau kota. Biasanya semua pengelolaan dan pembiayaan dilakukan oleh pemerintah dengan memakai dana pajak dan pemasukan lain dari pemerintah lokal yang dialokasikan untuk perawatan taman tersebut. Sebenarnya, konsep ini juga sudah muncul di zaman Mesopotamia, Mesir, dan Yunani, Cina, Jepang, dan hampir semua budaya besar yang kuat dengan susunan kerajaan yang feodal pada jamannya, karena semua bisa diatur dari pusat, satu jalur kekuasaan, yang membentuk idealisme kota menjadi sangat subjektif dan manusiawi menurut perspektif satu kelompok penguasa. Dan akhirnya membuat rumah kerajaan yang lebih luas dimana kota adalah ruangan-ruangan di dalam rumah, taman kota adalah kebun rumah. tapi apakah konsep ini merupakan konsep yang sempurna bagi sebuah perkotaan?

KISAH KELAM DIBALIK KESEMPURNAAN TAMAN KOTA

Dari semua keputusan, selalu ada keuntungan dan kekurangannya. Dibalik kesempurnaan, selalu ada kekurangan. Karena luasnya dan padatnya pepohonan, kriminalitas di sini juga berkembang, sehingga akhirnya ditempatkan polisi-polisi taman yang berkeliling setiap saat untuk menjaga keamanan, tukang bersih di sekujur taman menjaga kerapian dan kebersihannya. Sehingga biaya perawatan mejadi cukup besar untuk pengelolaannya. Di Inggris dan Amerika saat ini taman kota berkurang luasannya karena menjadi beban di tengah mundurnya perekonomian saat ini. Tiba-tiba kita menyadari ada banyak hal terjadi di balik konsep taman kota yang utopian yang menyediakan ruang terbuka hijau dan rekreatif bagi warga kota. Di Indonesia sendiri, Pemkot Jakarta kadang dibuat penat karena taman bermain anak di Monas justru dijadikan tempat tidurnya tuna wisma, anak jalanan, dan warga kota "kelas bawah". Sepertinya kota tidak mampu berpura-pura dengan kesempurnaan kota dan mengabaikan masalah "kelas bawah" tersebut. So, I think.. taman kota memang tidak harus kaku dengan konsep konservatif dan keindahan sempurna, yang penting sesuai kebutuhan dan tujuan aktual dari kota tersebut. Menurut saya pribadi taman kota bisa saja hanya menjadi ruang hijau kota, dengan edukasi berkebun, atau hanya ruang yang benar-benar publik dimana masalah-masalah sosial kota dapat diselesaikan, atau kalau kota benar-benar sudah berjalan dengan baik, dapat menjadi pusat rekreasi publik.


Kegiatan seni merupakan salah satu kegiatan pokok di taman kota Ayodya, Jakarta

Taman Ayodya dibangun th.2010, merupakan urban park contemporer yang berubah fungsi dari tempat publik lokal menjadi tempat publik regional yang mendatangkan banyak kendaraan pribadi ke daerah ini dari jangkauan luas. Saat ini masih menjadi perbincangan antar ahli perkotaan.
MASA DEPAN TAMAN KOTA INDONESIA

Untuk lebih mengenal prinsip-prinsip yang diamati menjadi sebuah kesuksesan sebuah taman kota dapat melihat sendiri di website yang memang bergerak di bidang urban parks seperti http://www.pps.org/parks/. Ternyata urban park kadang tidak selalu berupa green space, tapi kadang berupa community centre, museum, pusat kebugaran, dan pusat kebudayaan. Taman kota juga dapat berupa tempat terbuka dengan pusat-pusat pelayanan atau komersial di sekitarnya. 10 prinsip taman kota yang ideal dapat dilihat di http://www.pps.org/articles/squaresprinciples/ , yang hampir sama dengan semua literatur yang pernah saya baca, melingkupi adanya identitas kota yang tercermin kuat dalam taman tersebut, kemudahan mengakses dan pemakaian, hubungannya dengan bangunan dan wilayah sekitar, serta manajemen dan pengelolaan yang baik termasuk sumber pendanaan. Sebelum memang benar-benar memutuskan membuat taman kota, aspek-aspek tersebut perlu diperhatikan.

Kalau di Indonesia si.. semua hal teknis dan keputusan selalu berunsur politik dan kekuasaan sehingga percuma saja membahas atau mengkritik ini secara teknis di Indonesia. Namun setidaknya bagi yang memang tertarik dalam bidang ini, perlu pengetahuan teknis yang mendasari keputusan-keputusannya, sebelum lebih lanjut memikirkan strategi politis dan ekonomis mewujudkan keputusan tersebut.





Komentar