JOKO WIDODO "born to be king"


Latar belakang karakter JOKOWI

Meneruskan posting sebelumnya, khususnya bagian akhir mengenai tiga walikota yang menurutku bagus, aku  ingin meneruskan analisa, rumus sukses seorang pemimpin dari catatan sejarahnya. Jokowi lahir dari keluarga sederhana, dari kecil membantu orang tuanya, kuliah di Jogja di fakultas kehutanan UGM karena ingin meneruskan cita-citanya sebagai pengrajin kayu. cerita masa kecilnya yang membentuk kepribadiannya aku masih belum mendalaminya, namun ada beberapa lompatan serius yang terjadi dalam perjalanan hidupnya, terutama setelah lulus kuliah. pertama, dia bekerja di BUMN di Aceh selama 1,5 tahun. ini adalah bekal pertama tentang profesionalisme, kemampuan teknis dan manajerial formal, sekaligus ladang pengumpulan modal. Tahap kedua adalah dia pulang dan memutuskan terjun di bidang produksi mebel, butuh 3 tahun berjualan di dalam negeri sampai dia bisa ekspor, bersama itu, dia bertahap naik dalam asosiasi pedagang mebel dan menjadi ketua asosiasi ASMINDO, ketua koperasi pedagang kecil, dan ketua KADIN Solo. Keberanian dan positive mindsetnya membuatnya terus maju, tidak terhalang rintangan.. dan akhirnya teman-temannya dari ASMINDO ini yang menyemplungkannya di dunia politik hingga menjadi walikota Solo. Tahap ketiga adalah selama menjabat walikota, demi programnya melaksanakan pelayanan KTP yang tadinya butuh 2 minggu, sekarang hanya 1 jam dengan membayar 5 ribu rupiah sesuai perda. Lurah dan Camat yang menghambat programnya di copot, lebih tepatnya 5 lurah dan 1 camat dilepas jabatannya dengan tegas. Relokasi pedagang pasar dia lakukan dengan halus dan konsisten, membutuhkan 56 kali pertemuan dengan para pedagang hingga akhirnya mau, pada akhirnya pun mereka pindah diiringi kirab dari pasukan keraton Solo membawa tumpengan dengan senang hati dan harapan besar.

Kemampuannya melihat konsep juga bagus, membranding kota Solo, dan konsisten terhadap konsepnya adalah salah satu kunci keberhasilannya.  

Tahap 1 : modal pengetahuan dan material, teknis, formal, lingkungan maju
Tahap 2 : dagang dan menjadi pemimpin asosiasi, kepercayaan, insting pemimpin, manajerial, tekad
Tahap 3 : konsep bagus, tegas, dan konsisten dalam memimpin, rendah hati, tetap fokus tujuan dan pelayanan

Ini hanya analisa singkat dari biografinya, tentu banyak faktor lain dan peristiwa lain dalam hidupnya sehingga bisa menjadi seperti sekarang ini. Siapa tahu kita bisa mengambil pelajaran dari nilai nilai kebaikan yang dibawanya, toh manusia perlu saling melengkapi dan mengingatkan dalam syukur dan sabar. .

INDONESIA kurang pemimpin ( atau mungkin jiwa kepemimpinan di masing-masing individu)

Seorang warga Amerika, manajer NGO yang sudah tinggal di Indonesia selama kurang lebih dua tahun bercerita, dulu waktu awal datang dia mempunyai harapan besar terhadap Indonesia dengan sumber dayanya alam maupun tenaga terdidik dengan bayangan 5 tahun akan berkembang pesat, namun setelah lama disini dia menyadari bahwa masih sangat lama kemajuan itu karena tidak banyak pemimpin disini. Banyak orang malu-malu, tidak berani ambil resiko, tidak berani bermimpi dan berjuang. . mungkin benar, tapi sudah bermunculan orang-orang yang baik, pemimpin yang patut dihormati. jadi harapan tetap ada dengan kita masing-masing menjadi pemimpin yang humble, fokus pada tujuan mulia, tidak banyak keinginan pribadi, dan bertujuan mensejahterakan lahir batin, dan berakhlak mulia setidaknya bagi diri sendiri dan keluarga masing-masing.  lain kali aku ingin melanjutkan cerita dan analisa versiku tentang walikota lain, namun aku selingi dulu dengan sumbangan posting dari sahabat rekan seprofesi arsitek yang peduli terhadap perkembangan pemerintahan Indonesia, seorang filsuf dan konseptor yang bagus.






Komentar