Dua tahun lalu saya iseng-iseng menulis tentang pengamatan tentang tata ruang kota dunia, termasuk salah satunya
Birmingham-Inggris, dan saya syukuri tanpa disangka mendapatkan kesempatan sekolah
lagi di kota tersebut (persiapan dan proses ke sini juga merupakan salah satu
alasan vakum dari blog, selain punya dua anak kecil, gampang ngantuk, dsb).
Sepertinya belum pernah saya tulis sebelumnya, tapi tulisan-tulisan di blog ini
hanya pendapat dan pengamatan pribadi (meski kadang diselingi data) untuk membebaskan pikiran, sama sekali
bukan prosedur ilmiah dan lebih intuitif (karena sehari-hari sudah harus ilmiah, capek).
Mengamati pola kota sangat rumit, saya ingin mulai dari
area-area hijau yang banyak tersebar; Public Parks. Konon ada sekitar 27,000
public parks atau taman untuk masyarakat umum di Inggris. Phew! Langsung bertanya
kok bisa? Siapa yang menyediakan tanahnya, yang mengelola, yang membiayai
perawatan, dsb. Ini pertanyaan-pertanyaan umum yang langsung muncul kan. Pertanyaan
pertama darimana lahannya? Mungkin banyak yang mengira pemerintah tapi bukan.
SUMBANGAN!!!! Yess sumbangan orang-orang kaya untuk kotanya.
Dari sumber ringan dari mentor saya Mbah Google, katanya salah satu
public park pertama adalah Derby Arboretum yang menginspirasi muncul
banyak sekali taman lain di Inggris dan sekitarnya. Park atau taman bukan hanya simbol
kekuasaan atau kemurahan hati penguasa namun juga dari kalangan elit baru yaitu pengusaha industrialis kaya. Perkembangan
sistem ekonomi di Inggris memungkinkan siapapun untuk menjadi pengusaha,
apalagi saat revolusi industri yang terkenal bermula di Inggris. Kombinasi antara
perkembangan kota modern yang pesat dan padat, kekayaan pengusaha yang luar
biasa, tanah mungkin masih relatif murah, dan budaya kedemawanan saat itu mendorong
banyak pengusaha menyumbangkan tanah untuk taman sehingga masyarakat bisa
berolahraga dan rekreasi, terutama penting bagi anak-anak. Sebagian besar atau
hampir semua park merupakan sumbangan dari 100an tahun lalu, sekarang di zaman
kapitalisme harga tanah semakin tinggi dan punya ‘nilai ekonomi’ sehingga
hampir tidak ada penambahan park baru.
Masalah perawatan beda cerita, setelah taman diserahkan ke
pemerintah lokal, biaya dan tanggung jawab pemeliharaan ada di pemerintah. Dan ketika
ekonomi sedang turun, dengan segala tanggung jawab pemerintah seperti
kesehatan, pendidikan, perawatan jalan, dsb, bisa dibayangkan taman menjadi
prioritas akhir dan banyak dipotong anggarannya sehingga sekarang relawan taman
lebih aktif dan mencari alternatif pembiayaan atau penghematan biaya lain. Bahkan
ada pembicaraan beberapa pemerintah local mulai terpikir untuk menjual sebagian
park ke swasta. Sounds too familiar. Ekonomi melebihi segalanya. Sementara masih
belum terwujud karena kegigihan masyarakat local melindungi.
Sepertinya di Indonesia sulit juga terwujud pengusaha
mewakafkan tanah sekian hektar untuk taman publik di kota karena mahalnya
lahan. Saya pernah tahu pemerintah Yogyakarta menyediakan lahan terbuka untuk
lapangan badminton di salah satu permukiman kali Code, meski skala kecil ini contoh
yang baik. Untuk lahan lebih luas masih mungkin untuk mulai menyumbangkan di
desa, dengan proyeksi bahwa mungkin sepuluh tahun kedepan daerah menjadi
semakin padat dan butuh lahan untuk pepohonan dan ruang bernafas dan bermain
terutama anak-anak.
Ini membawa saya kembali ke judul tulisan yang memang
merupakan pertanyaan ASLI bukan gelitikan yang lalu menyediakan jawaban,,
Banyak sekali orang dermawan atas dasar penyerahan diri kepada Tuhan YME
mewakafkan tanah untuk tempat ibadah, kuburan, dsb. Terkait artikel di atas, lalu
bagaimana kedudukan wakaf untuk ruang terbuka hijau yang orientasinya tidak
terkait langsung dengan kegiatan ibadah namun merupakan ibadah dalam bentuk
kasih sayang kepada sesama dan alam? Apakah masuk Amal Jariyah juga? Kalau iya,
ada kemungkinan penyedia ruang terbuka hijau di Indonesia berasal dari kedermawanan
orang-orang yang beragama yang selama ini mempunyai peran sangat besar.
Mudah-mudahan bisa mendapatkan pemahaman lebih
dalam tentang ini ke depan.
Komentar
Posting Komentar